Ending yang sangat tidak terduga! Novel ini sangat
recommended untuk dibaca guys…
Menceritakan tentang seorang wanita bernama Zalfa yang memiliki dua cinta. Yang pertama cinta kepada ibunya, yang membuat dia rela menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Sedangkan yang kedua, cinta kepada cinta pertama Zalfa, sosok pria yang pernah gagal berumah tangga hingga membuat ibu Zalfa menentang hubungan mereka.
Menceritakan tentang seorang wanita bernama Zalfa yang memiliki dua cinta. Yang pertama cinta kepada ibunya, yang membuat dia rela menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Sedangkan yang kedua, cinta kepada cinta pertama Zalfa, sosok pria yang pernah gagal berumah tangga hingga membuat ibu Zalfa menentang hubungan mereka.
Berikut ini quote - quotes / kutipan / kata-kata dari novel “Menara Cinta” karya Widuri R. Al Fath :
“Kemana ku kan berlari?
Oh diri... Hampa kurasa
Tak pernah harap, tapi ada di ujung, mati
Robek kelam, gelap hilang
Dalam panas, napas terik siang
Lalu kujumpa pagi berawan
Ingin juga kurasa, kapan?
Tunduk sisakan cinta untukku
Aku mau teriak
Tapi hilang suara, bisu
Hanya tangis terisak
Maafkan aku”
--- Arizona, Menara Cinta (hal.13-14)
“Cantik luar hanya menjadi sebuah bentuk syukur atas
karunia Allah, sementara kecantikan dalam itu pancaran dari iman. Kalau aku
sudah tua juga akan nggak cantik lagi, sementara kamu semakin usia bertambah
kamu akan semakin cantik dan terpancar dari senyumanmu.”
--- Farhani, Menara Cinta (hal.35)
“Aku bukan nyari yang tampan. Tapi aku mencari yang klik di
hati, terutama yang berani datang ke bapakku yang galak. Terus dia bilang: Pak,
saya mau melamar anak bapak. Nah, itu baru gentle.”
--- Farhani, Menara Cinta (hal.37)
“Dengan menulis kita lebih bisa bermanfaat untuk orang lain.
Tulisanmu mungkin dapat membantu memberikan pencerahan pada orang banyak.”
--- Arizona, Menara Cinta (hal.40)
“Kalau kamu tidak dapat menjadi sebuah pohon rindang yang
memberikan keteduhan untuk orang-orang yang berteduh di bawahmu, maka jadilah
kamu sebuah pohon bunga yang indah dipandang mata. Tapi kalau kamu juga tak
dapat melakukan itu, maka cukuplah menjadi rumput yang menyejukkan bila
dipandang.”
--- Arizona, Menara Cinta (hal.41)
“Nggak cuma bahu, kalau kamu butuh punggung atau dadaku
untuk kamu bersandar juga, aku siap.”
--- Arizona, Menara Cinta (hal.57)
“Mungkin benar kata orang, kalau siap jatuh cinta harus
siap juga patah hati.”
--- Menara Cinta (hal.59)
“Cinta itu memang aneh karena ia bisa membenci sekaligus
mengagumi disaat yang bersamaan.”
--- Menara Cinta (hal.86)
“Sesulit itukah mencari orang yang mau mendengarkan
perasaan orang lain? Ya, mungkin perubahan zaman juga berimbas kepada ego
manusia yang maunya selalu didengarkan tanpa mau mendengarkan perkataan orang
lain.”
--- Menara Cinta (hal.148)
“Kita tidak bisa mencegah orang lain untuk sedih atau
bahagia, karena kita merasa dengan menangis dan tertawa manusia akan merasa
benar-benar hidup, dan yang harus kita lakukan adalah membiarkan semuanya
berjalan natural.”
--- Menara Cinta (hal.150)
“Dalam cinta ada kepercayaan. Dalam cinta juga ada
kesetiaan. Ketika kesetiaan itu hilang, kepercayaan pun akan terkoyak. Dan
menderita ketika kesetiaan dan kepercayaannya dipermainkan.”
--- Menara Cinta (hal.165)
“Sebesar apa pun cinta, terkadang kita akan memilih
berpisah dan melepaskannya. Bahkan, ada kalanya kita harus berhenti mencintai
seseorang, bukan karena kita membencinya, tapi akan lebih baik bila kita
melepaskannya. ”
--- Menara Cinta (hal.165)
“Hati terlalu sempit untuk menyimpan dendam, maka
bebaskanlah semua kebencian itu. Hidup pun terlalu singkat untuk dihabiskan
dengan pilihan yang salah.”
--- Menara Cinta (hal.166)
“Kamu tak salah, aku pun tak salah...
yang salah hanya waktu yang mempertemukan kita tapi di
hatimu telah ada satu jiwa...
jiwa yang memintamu untuk selalu ada, dan menjaga
cintanya...
Maaf... karena sudah mengakibatkan badai di ketenangan
jiwamu...
membuat gelombang pasang dalam keteraturan lautan hatimu...
mungkin aku telat menyadari...
ketika semua duri yang awalnya kugunakan sebagai pelindung
diri...
justru melukai relung hatimu yang lembut, basah, dan kuyu...
Sekali lagi, maafkan aku....”
--- Menara Cinta (hal.167)
“Hidup ini tak ubahnya sebuah penantian panjang...
Layaknya malam menanti siang dan gelap menanti terang...
Rembulan menanti mentari dan panas menanti hujan...
Saat masih di alam rahim menunggu kapan waktunya untuk
dilahirkan...
Masa kanak-kanak menanti remaja...
Lalu menjadi dewasa...
Hingga menanti saat kembali kepada-Nya...
Dalam penantian panjang, akan lahir kesabaran...
Maka kumohon, bersabarlah menanti...
Sampai semua jalan ini.
Sang Rabbul Izzati akan memudahkan segalanya untuk kita....”
--- Menara Cinta (hal.179-180)
“Hidup tak lebih dari sebuah giliran. Ada kalanya susah dan
ada kalanya senang. Ada miskin ada kaya, ada sukses ada gagal. Dulu juga pernah
merasakan bahagia, tapi kesedihan juga harus menyapa. Dulu juga pernah merasa
dicintai, maka tak heran ketika akhirnya dibenci. Dulu juga pernah merasa
memiliki, maka tak heran ketika sekarang semua harus menghilang. Bukankah semua
akan bergiliran?”
--- Menara Cinta (hal.187-188)
“Ada pintu kerinduan yang kembali terbuka. Ada kenangan
yang kembali menyerbu masuk dalam relung hatinya.”
bagus...
ReplyDelete