Skip to main content

Kutipan Novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" Tere Liye




Berikut ini kumpulan Kata-kata / Quotes / Kutipan dari novel Tere Liye yang berjudul “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” :

“Bahagia karena dia memujiku. Jangankan sebuah pujian, tatapan matanya saja sudah cukup membuatku riang sepanjang hari, sepanjang malam.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.15)

“Berhenti sejenak. Menatap sekitar. Itu selalu memberikan kita inspirasi!”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.21)

“Aku ingat sekali saat menatap mukanya untuk pertama kali. Dia tersenyum hangat menenteramkan. Mukanya amat menyenangkan. Muka yang memesona oleh cahaya kebaikan.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.23) 

“Kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-kataku dulu. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh. Biarkanlah angin yang menerbangkannya.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.70)

“Padam sudah semua kerinduan dan rencana-rencana itu. Padam seketika seperti nyala lilin yang disiram segentong air besar.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.119)

“Setidaknya dia harus tahu apa perasaanku, kan?”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.133)

“Tapi, aku ingin dia tahu apa yang aku pikirkan. Apa yang aku rasakan. Aku kan berhak menyampaikan semua perasaan ini.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.134)

“Benarlah kata orang-orang, prinsip hidup itu teramat lentur. Prinsip itu akan selalu berubah berdasarkan situasi yang ada di depan kita, disadari atau tidak.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.144)

“Di luar hujan akhirnya mereda. Hanya menyisakan rintik air yang jatuh dari daun pepohonan sepanjang jalan. Menyisakan titik air yang menggumpal di ujung payung yang masih terkembang namun enggan bergulir. Menyisakan titik air di sudut mataku. Mataku tanpa kusadari basah. Ah, mengenang semua ini sungguh membuncah seluruh perasaan.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.145-146)
“Aku tak pernah menginginkan perasaan ini, kan? Dia datang begitu saja. Menelusuk hatiku. Tumbuh pelan-pelan seperti kecambah disiram hujan. Aku sungguh tidak pernah menginginkan semua perasaan ini.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.154)

“Orang-orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.166)

“Dalam urusan perasaan, di mana-mana orang jauh lebih pandai ‘menulis’ dan ‘bercerita’ dibandingkan saat ‘praktik’ sendiri di lapangan.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.174)

“Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat. Tak selalu dalam bentuk uang dan materi.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.184)

“Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.196)

“Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami… dan kami akan menerima.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.197)

“Bagaimana mungkin kau akan bahagia, jika kau terpaksa menikah dengan seseorang yang tidak pernah kaucintai, tak peduli seberapa besar dia mencintaimu. Itu akan menyakitkan. Bagaimana kau akan menjalani hari-harimu?”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.210)

“Dan mata itu, matanya tak pernah lagi memandangku dengan cara yang sama. Mata itu sudah berubah. Sejak dulu, sejak pertama kali bertemu, aku berjuang agar dia tetap mencintaiku, membuatnya nyaman di sebelahku, tetapi sekarang benar-benar tak ada lagi yang bersisa.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.211)

“Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu, bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu jauh lebih absurd daripada seorang wanita terabsurd sekalipun.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.213)

“Diamnya jauh lebih menyakitkan dibandingkan marahnya. Aku lebih baik dimarahi karena bertanya banyak hal kepadanya, dibandingkan tatapan teduh itu, tatapan polos, tatapan kosong.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.224)

“Kau pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu... Tetapi mengapa?”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.243)

“Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.247)
“Aku memang tak pernah mengakui mempunyai perasaan itu kepadamu. Karena aku takut jawabannya tidak. Aku takut pengakuan itu membuatku terluka.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.247)

“Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kaupangkas. Bersemai satu langsung kauinjak. Menyeruak satu langsung kaucabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu?”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.250)

“Tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kautikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kauinjak, helai daun barunya semakin banyak.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.250)

“Aku mencintainya karena perasaan itu muncul begitu saja, bukan karena hendak membalas semua budi baiknya.”
--- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (hal.251)


Comments

Popular posts from this blog

Kutipan Novel "Berjuta Rasanya" Tere Liye

Berikut ini kumpulan quote / quotes / kutipan / kata-kata dari novel Tere Liye yang berjudul “Berjuta Rasanya” : “Apakah wajah itu penting saat kau jatuh cinta? Bukankah banyak yang bilang, karakter nomor satu, fisik nomor dua?” --- Berjuta Rasanya (hal.4) “Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.” --- Berjuta Rasanya (hal.26) “Ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik. Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut.” --- Berjuta Rasanya (hal.26) “Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang bena...

Kutipan Novel "Ayahku (Bukan) Pembohong" Tere Liye

Kumpulan quote-quotes / kata-kata / kutipan dari novel karya Tere Liye "Ayahku (Bukan) Pembohong" : "Kau tahu, kekalahan seperti ini justru baik bagi mereka. Agar mereka bisa menilai kembali kelebihan dan kekurangan tim." --- Ayahku (Bukan) Pembohong, hal.11 "Terkadang cara membalas terbaik justru dengan tidak membalas." --- Ayahku (Bukan) Pembohong, hal.24 "Ah, yang menghina belum tentu lebih mulia dibandingkan yang dihina. Bukankah Ayah sudah berkali-kali bilang, bahkan kebanyakan orang justru menghina diri mereka sendiri dengan menghina orang lain." --- Ayahku (Bukan) Pembohong, hal.38 "Ayah pernah cerita, Toki si Kelinci Nakal selalu tahu bahwa orangtuanya amat menyayangi dia. Meski harus menaklukkan badai salju, melawan kerumunan serigala, menghindari jebakan pemburu, bahkan melewati jembatan terakhir, orangtuanya tetap berusaha menyelamatkan Toki, senakal apa pun anaknya... Aku tahu, Ayah akan selalu menyayangiku." ...