Kenapa ya, semua karya bang
Raditya Dika selalu berhasil bikin aku ngakak.
Kamu lagi galau? Butuh hiburan? Aku saranin, mending baca buku-bukunya bang Radit aja guys.
Kamu lagi galau? Butuh hiburan? Aku saranin, mending baca buku-bukunya bang Radit aja guys.
![]() |
Pict from here |
Berikut ini beberapa kumpulan
quote - quotes / kutipan / kata-kata yang ada di novelnya bang Raditya Dika
yang berjudul “Marmut Merah Jambu” :
“Seperti yang ditulis oleh Oscar Wilde: seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.7)
“Seperti yang ditulis oleh Oscar Wilde: seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.7)
“Lo nyadar gak sih, gimana cewek yang kita suka pasti gak pernah suka sama kita? Kenapa sih kita harus suka sama cewek yang kayak gitu? Kenapa gak dengan orang yang emang pasti mau sama kita?”
--- Marmut Merah Jambu (hal.9)
“Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.15)
“Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.15)
“Apa yang salah dari orang yang terlalu dalam sayang sama orang lain?”
--- Marmut Merah Jambu (hal.40)
“Karena luka hati, terutama ketika tidak dijahit, bisa jadi tidak akan pernah kering.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.58)
“Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.91)
“Jangan pernah bikin cewek ngambek di mobil. Kenapa? Karena cewek yang ngambek di mobil punya permainan psikologis amat dahsyat yang bernama: Turunin gue ajah.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.101)
“Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat?”
--- Marmut Merah Jambu (hal.128)
“Cerita bagaimana sepasang kekasih ketemu selalu hal yang menarik untuk didengarkan. Bagaimana semesta bisa berkonspirasi hingga dua orang bisa actually ketemu memang mendekati keajaiban.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.145)
“Cara paling mudah untuk tahu apakah kita cocok dengan orang tersebut atau tidak adalah ketika kita merasa lupa waktu.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.148)
“Kangen itu salah satu perasaan yang paling mengganggu, tapi sekaligus paling menyenangkan.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.163)
“Dan seandainya kangen itu digaji, mungkin gue sudah menjadi jutawan.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.163)
“Cinta mungkin buta, tapi kadang, untuk bisa melihatnya dengan lebih jelas, kita hanya butuh kacamata yang pas.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.197)
“Kalau mimpi kita ketinggian, kadang kita perlu dibangunkan oleh orang lain.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.212)
“Kita bakalan kayak gini terus. Janji yang terkadang gak bisa ditepati.”
--- Marmut Merah Jambu (hal.217)
“Entah berapa kali nembak dan putus, seolah-olah gue berlari dan berlari dari satu hubungan gagal ke hubungan gagal lainnya, seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar. Dan hubungan kali ini, setiap gue memandangi dia, pertanyaan besar itu pun timbul: apakah sekarang saatnya berhenti?”
--- Marmut Merah Jambu (hal.218)
Baca juga:
Comments
Post a Comment